Cara memberikan rangsangan pada bayi

23.21
 
Cara merangsang otak bayi agar cerdas
Cara merangsang otak bayi agar cerdas

Perkembangan kognitif (intelektual) sejatinya merupakan perkembangan pikiran. Perkembangan inilah yang bertanggung jawab terhadap pembentukan mental, penyelesaian masalah, penilaian, bahasa, pemahaman sebab akibat, pengambilan keputusan, serta ingatan. Karena dikendalikan dari otak, perkembangan kognitif kerap dikaitkan dengan kecerdasan.

Menurut Piaget, pada bayi, perkembangan kognitif berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Karena itulah, orang tua memegang peranan penting dalam memaksimalkan perkembangan kognitif anak usia 0-12 bulan.

Bagaimana caranya? Memberikan beberapa kiat yang dapat dijadikan acuan orang tua untuk memaksimalkan kognitif bayinya.

  1. Pada bulan–bulan awal, berikan stimulasi sensoris yang lembut pada bayi.
    Pada bayi, pemahaman akan sesuatu berawal dari kemampuan sensorisnya. Ini berarti, khususnya di usia–usia awal (0-6 bulan), bayi menerima informasinya tentang lingkungan di sekitarnya melalui panca indera.
    Setiap penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, serta perabaan yang dilakukannya, akan menimbulkan berbagai sensasi yang pada akhirnya menciptakan suatu pemahaman pada otak bayi.
    Usapan handuk di tubuhnya seusai mandi, contoh, akan merangsang perkembangan kognitifnya, karena dari usapan tersebut bayi belajar mengenai tekstur kain handuk


  2. Hindari overstimulasi dan suara–suara yang mengganggu pada bayi.
    Suara berisik akan memengaruhi konsentrasi. Ini pun berlaku pada bayi. Ia membutuhkan ketenangan ketika tengah membentuk pemahaman tentang sesuatu. Usahakan juga untuk tidak memberikan stimulasi dengan bertubi–tubi.
    Cara itu justru akan membuat otak bayi bekerja terlalu cepat sehingga tak mampu mencerna pengalaman yang didapatnya dengan baik. Lakukan stimulasi secara perlahan dan dengan frekuensi berulang–ulang.


  3. Ciptakan lingkungan yang mendorong pembelajaran pada bayi.
    Selain lingkungan yang tenang dan aman, lingkungan yang penuh beragam benda stimulasi akan mendorong proses pembelajaran pada bayi tak perlu barang–barang mahal.
    Selama memiliki fungsi stimulasi, segala benda dapat dimanfaatkan, seperti, botol bekas air mineral yang diisi dengan beras. Mainan sederhana buatan sendiri ini berguna untuk menstimulasi pendengaran bayi. Untuk memberikan bunyi yang berbeda, tinggal mengganti isian dalam botol tersebut, beras dengan pipilan jagung kering, misalnya.
  4. Merespons sinyal yang diberikan bayi.
    Respons–respons positif yang diberikan oleh orang tua akan membuat bayi merasa diperhatikan dan makin menguatkan pemaknaan saat ia mengonstruksikan pemahaman tentang sesuatu di otaknya.
    Jadi, ketika bayi mengeluarkan suara, “aaaa…..” segeralah lakukan kontak mata padanya, sambil menirukan suaranya, ”Aaaa…..” dengan tersenyum tentunya.
  5. Beri kesempatan pada bayi untuk melakukan perubahan.
    Ketika bayi bermain, sodorkan mainan yang memungkinkan ia melakukan perubahan. Mainan yang sesuai dengan usianya (mudah digenggam) dan aman amatlah disarankan.
    Misal, kerincingan warna warni dan bola kecil yang terbuat dari kain. Kedua mainan itu memungkinkan untuk diangkat dan diraih bayi karena ringan. Pengalaman saat bayi mampu mendorong, meraih, menggerak–gerakkan bola/kerincingan itu, akan membangun kepercayaan pada dirinya bahwa ia mampu melakukan sesuatu. Ini adalah modal untuk lebih mengembangkan keterampilannya kelak.
  6. Beri kebebasan pada bayi untuk bereksplorasi.
    Bayi belajar dari lingkungan di sekitarnya dengan melakukan berbagai eksplorasi. Ciptakan berbagai lingkungan yang bermanfaat untuk perkembangan kognitifnya.
    Sekali lagi, ini tak menuntut usaha yang keras dan harga mahal, kok. Aneka warna cerah pada bedding di boksnya, misal, sudah merupakan stimulasi yang baik untuk penglihatan bayi. Bisa juga dengan memanfaatkan mainan gantung berputar yang banyak dijual di pasaran.
  7. Jangan alihkan perhatiannya.
    Ketika beraktifitas dengan bayi, termasuk sedang bermain, terimalah apapun yang menarik bagi bayi pada saat itu. Jangan alihkan perhatian bayi kepada yang lain, apalagi menghentikan keasyikannya dengan tiba–tiba.
    Umpama, ibu atau ayah tiba–tiba mengambil mainan kerincingan lalu menggantikannya dengan mainan bola, padahal ia masih asyik mengamatinya. Harap diingat, bayi membutuhkan waktu ketika sedang memaknai sesuatu. Jadi, beri ia kesempatan untuk memahami sesuatu. Bila ingin mengenalkan pada mainan lain, tunda sampai ia benar–benar sudah menyelesaikan pemahamannya (biasanya bila ia sudah selesai, mainan itu akan dilemparnya). Ini dimaksudkan agar otak sang buah hati mempunyai jeda untuk mencerna dan memahami sesuatu.


  8. Beri Penghargaan pada bayi.

    Bentuk penghargaan bisa dalam kata–kata positif. Saat si kecil berhasil menggapai mainan yang ada di dekatnya, misal, tersenyumlah padanya, “wah, adek pintar sudah bisa memegang mainan, ya”. Penghargaan seperti ini akan menambah keyakinan bahwa dirinya mampu.
Previous
Next Post »
0 Komentar